Feel Free To Read It

Kami Datang... Belajar... Dan Melayani
We Came... Learn.. And Serve

Minggu, 05 Desember 2010

Boneka dan Mawar...

Suatu hari di kesibukan malam menjelang natal, Saya dengan perasaan kesal dan dengan terburu - buru melihat daftar barang yang mesti kubeli di malam natal ini. Malam Natal serasa semakin buruk dan menjengkelkan setiap tahunnya. Saya berharap dapat tidur di rumah dan bangun setelah natal ini berlalu. DI dalam supermarket saya semakin kesal melihat antrian yang begitu panjang. Akan tetapi, saya tidak memperdulikannya. Yang sayan inginkan adalah segera menyelesaikan tugas saya.

Saya berlari kecil menuju area Toys. Saya harus membeli beberapa mainan untuk anak serta keponakan saya. Saat sedang sibuk mencari hadiah tersebut, saya melihat seorang anak lelaki yang sedang memeluk erat sebuah boneka sambil mengelus-elus bulu dari boneka tersebut. Di belakangnya berdiri seorang nenek tua. Sang Nenek menghampiri anak tersebut

"Apa yang kamu lakukan cucuku?" sahut sang Nenek

"Bisakah kita membelinya nek?" ujar sang Anak

"Kita kekurangan dana , cucuku tersayang, mungkin kita tidak bisa membelinya untuk sementara waktu, hmm, cucuku, kamu tunggu di sini yha saya ingin mencari sesuatu, 5 menit saja.. oke sayang?" balas sang Nenek sembari berjalan pergi meninggalkan sang Anak yang masih memeluk erat boneka tersebut.

Saya memberanikan diri mendekati anak tersebut dan bertanya ," hai anak muda. Untuk siapa sih boneka tersebut?"

"Untuk adik saya, tuan. Ini adalah boneka yang ia idamkan selama ini. Saya ingin sekali membelikannya boneka ini. Akan tetapi, uang saya masih belum cukup. Tadi saya memintanya kepada nenek, tetapi dia tidak memiliki uang juga..." sahut sang Anak

"Kenapa tidak mengajak adikmu beserta ayah ibumu kesini lalu membelikannya ?"

"Tidak bisa paman. Adik saya telah pergi jauh. Kata ayah dia telah bersama Tuhan. Saya berencana mengirimkan boneka ini malam ini bersama ibu, karena ayah bilang, ibu juga akan pergi bertemu Tuhan. Saya sudah menyuruh ayah memberitahu ibu untuk jangan pergi dahulu, tunggu saya pulang dari supermarket dulu. Tapi uang saya tidak cukup T.T..." sahut sang Anak terisak-isak.

Hati saya terketuk. Serasa rasa sakit yang diderita sang Anak terasa dalam hatiku.

"Ouh.. Masa uang kamu kurang? Sudah dihitung baik-baik belum? Coba kita hitung bersama-sama" sahut saya seraya mengambil dompet yang diberikan sang anak, sewaktu menghitung uang sang Anak, saya menyelipkan uang yang saya ambil dari saku baju saya tanpa sepengetahuan anak tersebut. "Lho ini cukup koq, malah kelebihan uangnya. Tadi kamu salah hitung kali yah nak?"

"Oh cukup yah. Kemarin sebelum tidur saya berdoa kepada Tuhan supaya memberi saya sedikit uang untuk membeli boneka, ternyata DIA mendengarnya. Sebenarnya saya ingin meminta tambahan sedikit duit lagi untuk membeli mawar putih, sebab mama suka sekali mawar putih, tetapi saya takut memintanya, nanti Tuhan mengira saya serakah. Eh sekarang malah lebih uangnya..." Sahut sang Anak dengan senyum bahagia...

Setelah percakapan itu selesai, sang Nenek datang menghampiri sang Anak, di saat itu, saya pun beranjak pergi dari supermarket karena terkejar waktu. Teringat ada berita di televisi beberapa hari lalu menceritakan bahwa ada seorang supir truk menabrak seorang Ibu beserta anaknya. Sang anak langsung mati di tempat, sedangkan sang Ibu Coma. Saya penasaran apakah keluarga dari anak itu adalah korban tabrakan tersebut.

Dengan rasa penasaran, keesokan harinya saya pergi ke daerah dimana anak itu tinggal, sang Anak sempat memberitahu alamatnya sesaat sebelum saya pergi meninggalkan dia dan neneknya. Di seberang rumahnya terdapat gereja, mereka sedang mengadakan acar pemakaman seseorang, setelah saya lihat ternyata itu adalah Sang Ibu dari anak yang kemarin saya temui di Supermarket. Ternyata dugaan saya benar. Mereka adalah korban tabrakan tersebut.

Di dalam peti mati terlihat sosok seorang wanita yang masih terlihat manis mengenakan gaun putih, di dadanya ada boneka titipan untuk sang Adik, Di sekitar jasad sang Ibu ditebarkan beberapa tangkai mawar putih. Melihat hal tersebut, prasaan sedih mencambuk batinku. Akan tetapi juga ada perasaan puas, karena menolong anak tersebut...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar