Feel Free To Read It

Kami Datang... Belajar... Dan Melayani
We Came... Learn.. And Serve

Selasa, 04 Januari 2011

Jangan Pergi Dariku... Part 1

Kubuka Web Blogku dari rumah...
Kulihat trafficnya, wow teerkejut dengan lonjakan yang terjadi. Sedangkan di facebook, banyak yang comment untuk lanjutin ceritanya. Emank seh bacanya enak... Pikirin alur cerita na itu low.....

"HUayoo semua minta lanjut... penat ene otak." gerutuku di depan kompy di rumahku. Oh yah, Aku lupa memperkenalkan diri, aku Randi, Seorang mahasiswa sekaligus seorang pegawai swasta yang sekarang lagi hobi-hobinya ngeBlog. AKu sedang mengurus blogku yang kuberi nama lembar-putih.blogspot.com. Disana kumasukkan berbagai cerita, dari cerita yang kopipaste dari blog orang lain, hingga karangan sendiri. Di sana ada cerita cinta, cerita bermoral, cerita motivasi de el el. Kebanyakan seh cerita cinta yang juga sering aku karang sendiri. Walo sering mengarang cerita cinta, tapi pada kenyataannya aku malah tidak pernah sukses akan yang namanya CINTA.

Seringnya gagal dalam hal cinta, membuatku kadang males ngedengerin apa itu yang namanya cinta. Ga mau mikirin, atopun permasalahin. Karena itu ngerepotin aja. Itu yang aku pikirkan pada awalnya. Walo terkadang merasa iri juga seh sewaktu ngelihat teman-teman menggandeng tangan pasangannya, bercanda ria. Rasanya aku aja yang tersudutkan T.T

Teman-teman sering makcomblangi aku dengan teman-teman mereka, tapi ga ada yang jadi. Mungkin karena aku dah kehilangan skill bwat ngegaet cewe setelah sekian lama dikecewain ama mantan-mantan kali yha. Tapi aku ga nyerah, aku terus berusaha....

Sampai suatu saat aku sedang berisitrahat di sebuah resto kecil. Aku sedang tengah asyik menyantap makananku sendirian. Tak sengaja tatapanku terjatuh pada seorang pengunjung yang sedang menyantap makanannya juga. Sosok seorang gadis yang manis, putih dan tinggi. Perfect lah. MUlailah aku melamun seandainya bisa berkenalan, pdkt dan bla bla bla. Tapi lamunanku buyar saat seorang pelayan menanyakan minuman apa yang akan aku minum. "Ah cewe high class kek gitu, susah lah dapetnya. Lagian udah ada anjingnya kaleeee(cowo)" pikirku dalam hati. Jadi aku lanjutkan menyantap makananku. Sesekali aku mencuri pandang kepadanya. Dan terkadang dia juga terlihat sedang memandangiku, entah karena risih aku sering melihat ke arahnya, atau soor juga ama aku(gile pede amet dah).

Setelah selesai menyantap, aku memutuskan untuk segera beranjak, karena kalau lebih lama disana, maka aku akan terus melamun tentang bidadari itu. Saya segera membayar dan beranjak pergi. Beberapa saat setelah pergi, Sang pemilik resto menjerit memanggilku. Ternyata Helmku ketinggalan. Saking terburu-burunya aku bahkan lupa akan helmku. AKu berlari kecil menuju resto itu, dan pada saat itu tanpa sengaja menabrak sang Gadis yang juga sedang keluar.

"Aduuuuhhhhhhhhh, Matanya itu looo. Sakit tauk..." gerutu gadis itu dengan nada sedikit manja. Dia ini gadis yang cukup manja, simpulku dalam hati dari cara berbicaranya

"Sorry sorry ga sengaja banget ne, tadi aku lupa bawa helm...."

"Itu seh kerjaannya nngliatin aku terus jadi lupa kan...."sahut dia dengan senyum manis....

"Ahhh masa? koq tau?" sahutku sedikit malu dan berusaha mengeless dari argumennya

"Tau dunk, aku dah brapa kali mergokin kamu lagi ngeliat aku.... hehehe"

"Jadi klo kepergok, rarti kamu juga sering ngeliatin aku juga kan?? HAYOoooo"sahutku membela diri..

"Hehehehehehee...."Dia tertawa malu...

"Ehh by the way, nama ne sapa?"sahutku memulai aksi....

"Indah..., Kamu?"

"Randi, met kenal yha......"sahutku...

"Oke deh, Eh Randi, udah dulu yha aku sibuk banget mau buru-buru... Lain kali jgn melototin aku kek gitu, cakep aku ga bisa pudar koq hahahaha" sahut dia sambil mengejekku lagi...

"Dasar.... Oke deh hati-hati dijalan..." sahutku sambil melambaikan tangan melihat dia melangkah pergi...

Setelah mengambil helm dan berjalan menuju motorku, aku baru tersadar, hanya mengetahui namanya tapi tidak menanyakan alamat, no telepon, atopun pin BBnya.... Betapa bodohnya diriku ini.... Ada kesempatan emas malah dilepas gitu aja... Sialll...

AKupun pulang dengan kecewa.. Seakan seperti Singa yang sudah disuguhkan daging mentah di depan muka, tapi ga diambil(perumpamaan yang oke)... AKu bener-bener bego... pikirku...

Beberapa hari berlalu, aku juga sudah melupakan kejadian tempo hari. Aku masuk ke restoran yang sama seperti tempat aku bertemu gadis itu. Betapa terkejutnya aku melihat dia disana... Tapi kali ini aku bukan bahagia, tapi kecewa, karena dia duduk bersama seorang lelaki.. Pupus sudah harapanku mendapat pacar kali ini....

"Koko mau makan apa nehhh.... Cepetan, dah aku traktirin makan ini, milihnya lama banget..."sahut Indah kepada lelaki itu.Apakah lelaki itu memang Abang kandung dia makanya dia memanggilnya KoKo ato TTMan dia yang dia panggil Koko? Aku menerka-nerka siapa cowo itu. Mukanya pun tak nampak karena dia duduk membelakangi aku. Tiba- tiba aku melihat dia memergokiku memandangin dia dan lelaki tersebut. DIa tersenyum kepadaku, aku hanya bengong dan membalas senyumannya dengan tatapan belongor....

Lelaki itu pergi ke belakang, mungkin ke toilet. Indah datang menghampiri aku.

"Wahh ketemu kamu laGi... Kebetulan banget. Resto favorit yha?" sahut dia dengan senyum manis

"Ah enggak seh. Cuma pas lewat sini laper jadi singgah... Kamu sendiri? Sering di sini?"

"Ohh resto ini yang buka tuh sodara aku. Nah pas koko aku baru pulang dari Luar negeri kemarin, jadi aku ajak deh jalan-jalan ke sini. Gitu deh...." katanya...

"Ohh abang kandung toh?"

"Bukan Abang sayang hahahahaha. ya iya abang kandung, tuh ga liat mukanya kek dicetak gitu?"

Sesaat setelah dia mengatakan itu, sang lelaki keluar, memang mukanya sangat mirip. Ada perasaan lega saat mengetahui hal itu.

Aku pun diajak berkenalan ama abangnya. Namanya Andrian. Kami berbincang sebentar. Ternyata Indah dan keluarganya dulu tinggal di Australia. Sekarang Indah sudah pindah dan tinggal bersama tantenya. Nah orang tuanya dan abangnya datang ke Indonesia untuk berlibur. Saat itu, kami duduk bertiga berbincang-bincang.

Setelah cukup lama berbincang, mereka berdua minta pamit karena ingin pergi ke tempat lain...

"Oke bro, aku ama Indah cabut dulu yha.... AKu masih mau suruh dia ajakin aku raon-raon Medan. Maklum jarang-jarang datang Medan..." sahut abangnnya

"Ohh oke-oke... Thanks bro atas waktunya..."basa basiku....

Pada saat itu aku hampir kecewa karena hampir gagal kedua kalinya meminta nomor dari Indah... Tapi dengan segala kekuatan mengumpulkan JUrus seribu bayangan dan keberanian memintanya dari Indah....


"Eh Indah... boleh ngomong bentar...."

"Bolehhh" sahut dia seraya meninggalkan Abangnya yang sedang berjalan keluar dari resto itu..

"Kamu pake BB kan? Minta nomor pinnya dunk.... heheheheh, Boleh Donk...."

"Gak boleh ahhh, Tar naksir pulak kamu hahahahahaha..;"sahut dia sambil tertawa riang.....

"Ohh, ya sudah gak papa deh, Ati-ati tar waktu jalan-jalannya...." sahutku dengan senyum terpaksa karena merasa kecewa juga ditolak mentah-mentah...

Indah pun pergi ke kasir membayar makanannya. Terlihat dia berbincang sedikit dengan sang Kasir sambil tertawa kecil. Beberapa saat setelah itu, dia keluar setelah melihat ke arahku dan melambaikan tangannya. Aku hanya bisa membalas senyuman itu... Dan aku memutuskan untuk membayar di kasir dan segera pulang ke rumah, menghilangkan perasaan kecewa ini. DI kasir setelah membayar, akupun segera beranjak keluar, tiba-tiba sang Kasir memanggilku...

"Ehh ko, saya lupa, ini ada titipan dari gadis yang keluar sebelum koko loh.. Ini dia titipannya..."sahut sang Kasir

"ohh terima kasih...."sahutku

Diberikannya sebuah kotak kepadaku. Aku yang merasa aneh segera berterima kasih dan berjalan keluar sambil membuka kotak tersebut. Di dalamnya ada sebuah kertas yang bertuliskan sesuatu.....

"
28df3873
Boleh di-Add koq
Pergunakan sebaiknya...
Thanks
Indah
"






*
Hatiku senang sekali, ternyata dia hanya bercanda sewaktu berkata tidak mau memberikanku pin bbnya.... Tapi akankah dengan Pin BB tersebut, aku bisa mengubah status jombloku? Siapa yang tahu......

Cara menjadi baru dan berbeda

Andai aku dapat memohon agar hidupku sempurna, kemungkinan ini sangat menggiurkan, tapi aku akan merasa hampa, karena hidup tak kan lagi mengajariku apapun.” (Allyson Jones)
Tahun 1993 tampaknya tidak akan menjadi tahun terbaik dalam hidupku. Aku telah menapak tahun yang kedelapan sebagai orang tua tunggal, dengan tiga anak di perguruan tinggi. Putriku yang tidak menikah baru saja melahirkan cucuku yang pertama dan aku sendiri hampir putus dengan seorang pria sangat baik yang telah menjadi teman kencanku selama dari dua tahun. Menghadapi semua ini, aku menghabiskan banyak waktu untuk menyesali diri sendiri.
Pada bulan April tahun itu, aku diminta mewawancarai dan menyusun artikel tentang seorang wanita yang tinggal disebuah kota kecil di Minnesota. Maka bersamaan dengan masa libur paskah, aku dan Andrew, anakku yang tiga belas tahun, berangkat melintas dua Negara bagian untuk bertemu dengan Jan Turner.
Andrew hampir selalu tertidur selama perjalanan jauh itu, tetapi sesekali aku mengajaknya mengobrol. ia wanita cacat. Lalu apa penyebabnya? Apakah karena mengidap suatu penyakit? Menurut ibu, tidak. Tapi entah kenapa, kedua lengan dan kakinya harus diamputasi. Wow. Bagaimana cara ia bergerak? Entahlah. Kita akan mengetahui setibanya disana. Apakah ia mempunyai anak? Dua orang anak laki-laki Tyler dan Cody keduanya anak adopsi. Wanita itu orangtua tunggal juga. Hanya ia belum pernah menikah.
lalu apa yang terjadi padanya? Empat tahun yang lalu Jan seperti Ibu, seorang wanita tunggal yang sibuk. Ia guru musik tetap disebuah sekolah dasar dan mengajarkan bermacam-macam alat musik. Ia juga seorang dirigen di gerejanya.
Andrew terlelap lagi sebelum aku dapat menyelesaikan ceritaku tentang betapa sedikit yang aku tahu tentang kejadian yang dialami Jan. Waktu kendaraan kami melintas Minnesota, aku mulai penasaran tentang cara wanita yang akan kutemui berhasil mengatasi kabar sedemikian mengejutkan, bahwa keempat anggota badannya harus diamputasi. Bagaimana caranya bertahan hidup? Apakah hidupnya sangat bergantung kepada oranglain?
Ketika kami tiba di Willmar, Minnesota, aku menelpon Jan dari hotel kami untuk memberitahukan bahwa aku dapat pergi ke rumahnya untuk menjemputnya bersama anak-anak, sehingga mereka dapat berenang dihotel kami
, sementara kami berbincang-bincang. Tidak usah repot-repot, Pat, saya dapat menyetir sendiri, Anak-anak dan saya akan tiba dalam sepuluh menit. Bagaimana kalo kita makan dulu? Ada cabang Ponderoso dekat hotelmu. Baiklah, itu bagus, kataku dengan ragu, sambil membayangkan rasanya makan disebuah rumah makan umum dengan seorang wanita tanpa lengan dan kaki. Dan bagaimana caranya mengemudikan kendaraan? Aku bertanya dalam hati.
Sepuluh menit kemudian, Jan menghentikan mobilnya didepan hotel. Ia keluar dari mobil, berjalan kearahku dengan lengan tangan dan kaki yang sempurna dan sekilas sama betul dengan lengan dan kaki asli seperti milikku, kemudian mengulurkan lengan kanannya yang dilengkapi dengan kait mengkilap diujungnya untuk berjabatan tangan. Hallo, Pat, saya senang bertemu denganmu. Dan ini pasti Andrew.
Aku meraih kait pada tangannya, meremasnya sedikit dan tersenyum karena malu sendiri. Oh, ya, ini Andrew. Aku melayangkan pandanganku ke kursi belakang mobilnya dan tersenyum kepada dua anak lelaki yang balas tersenyum. Cody, yang lebih muda, tampak bersemangat sekali karena membayangkan akan berenang di kolam hotel sehabis santap malam. Jan kembali ke mobilnya, ketempat duduk belakang. Ayo, Cody, bergeser sedikit supaya bisa masuk. Kami tiba direstoran, ikut dalam antarian,, membayar makanan, lalu kami makan sambil mengobrol ditengah celoteh riang anak-anak kami. Satu-satu yang harus kuperbuat untuk menolong Jan Turner selama malam itu adalah membukakan tutup botol kecap. Setelah itu, sementara ketiga anak kami bermain air di kolam, Jan dan aku duduk ditepi kolam, dan ia menceritakan kisah hidupnya sebelum menderita sakit. Sebagai orangtua tunggal, kau tahu bahwa kita sibuk sepanjang waktu. Sebenarnya, waktu itu hidup kami bagitu baik sehingga saya berpikir untuk mengadopsi seorang anak lagi. Aku tiba-tiba menjadi sadar. Wanita yang berbincang denganku adalah orangtua tunggal yang lebih baik daripada yang pernah kubayangkan. Jan mengejutkan. Pada suatu hari minggu dalam bulan November 1989, saya sedang memainkan terompet di gereja ketika saya tiba-tiba merasa lemas, pusing, dan mual. Dengan menahan semua itu, saya mengajak anak-anak pulang. Saya terhuyung-huyung untuk sampai ketempat tidur, tetapi malam harinya saya sadar bahwa saya memerlukan pertolongan dokter. Jan bercerita bahwa begitu tiba dirumah sakit, ia kehilangan kesadarannya. Tekanan darahnya begitu rendah sehingga tubuhnya menjadi seperti orang mati. Ia menderita pneumonia pneumokokus, infeksi bakteri sama yang telah merenggut nyawa pencipta Muppets, Jin Henson. Salah satu efek samping yang menjadi bencana dalam hal ini adalah terlalu aktifnya system penggumpalan darah, yang mengakibatkan banyaknya pembuluh darah yang tersumbat. Karena tiba-tiba tidak ada darah yang mengalir ke tangan dan kakinya, ia dengan cepat menderita gangrene pada keempat anggota badannya. Dua minggu setelah dibawa ke rumah sakit, kedua lengan Jan harus diamputasi dari tengah lengan bagian bawah dan kedua kakinya dari tengah tulang kering. Beberapa saat sebelum dioperasi, tuturnya, ia menangis keras, Tuhan, mengapa harus begini? Bagaimana aku dapat hidup tanpa lengan, tanpa kaki, dan tanpa tangan? Tidak pernah berjalan lagi? Tidak pernah bermain terompet, gitar, piano, atau alat apapun yang kuajarkan? Aku tidak akan pernah dapat memeluk anak-anakku lagi atau mengurus mereka. Ya, Tuhan, jangan biarkan aku bergantung pada orang lain selama sisa hidupku!
Enam pekan setelah diamputasi,  lengan dan kakinya yang buntung sudah sembuh, lalu dokter memberitahu Jan tentang menggunakan lengan dan kaki palsu. Ia mengatakan bahwa dengan semua itu Jan dapat berjalan, mengendarai mobil, melanjutkan sekolah, bahkan mengajar lagi.  Bagi Jan tentu saja sulit dipercaya, lalu ia mengambil Alkitabnya. Ia membuka Surat Paulus kepada Jemaat di Roma, pasal 12:2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Jan merenungkan imbauan ini ”tentang menjadi manusi baru dan berbeda” dan ia memutuskan memberi kesempatan kepada pakar prostetik untuk melakukan yang terbaik. Dengan alat bantu berjalan diikatkan pada kedua lengannya dekat siku dan didampingi olh seorang trapis, ia hanya mampu berjalan dengan limbung selama dua atau tiga menit dengan kaki-kaki barunya sebelum menjadi sangat kecapaian dan kesakitan.
Perlahan-lahan, kata Jan kepada diri sendiri. Jadilah manusia baru dalam perbuatan dan pikiran, tapi majulah selangkah demi selangkah.
Keesokan harinya ia mencoba lengan buatan, dengan system kabel yang rumit, tali karet dan pengait yang dioperasikan melalui sebuah alat kendali pada pundaknya. Dengan menggerakkan otot-otot pundak sedemikian rupa, dalam waktu singkat ia mampu membuka dan menutup pengait untuk mengambil dan memegang benda, untuk berpakaian, dan untuk makan sendiri.
Dalam beberapa bulan, Jan sadar bahwa ia dapat mengerjakan hampir semua yang bisa ia kerjakan meskipun dengan cara yang baru dan berbeda.
Namun, ketika akhirnya saya kembali ke rumah setelah empat bulan menjalani fisioterapi dan terapi okupasi , saya begitu gugup tentang bagaimana jadinya kehidupan saya bersama anak-anak dan kehidupan saya sendiri. Akan tetapi begitu saya tiba dirumah , turun dari mobil, kemudian melangkah kedalam rumah, saya memeluk anak-anak saya dengan kehangatan yang masih dapat saya berikan, dan kami tidak pernah memandang kebelakang.
Waktu aku dan Jan masih berbincang-bincang, Cody, yang telah keluar dari kolam hotel, berdiri dekat ibunya dengan tangan merangkul pundak sang ibu. Ketika Jan bercerita kepadaku tentang keterampilan memasaknya yang baru, Cody tersenyum. Betul, katanya, Ibu yang sekarang jauh lebih terampil daripada sebelum sakit, karena sekarang ia bahkan dapat membalik kue panggang tanpa bantuan alat! Jan tertawa sebagaimana layaknya seorang wanita yang dikaruniai kebahagiaan dan kepuasaan berlimpah, berkat imannya yang teguh.
Setelah kunjungan kami, kini Jan telah menyelesaikan kuliahnya yang kedua, kali ini dalam bidang komunikasi, dan ia sekarang menjadi penyiar di sebuah stasiun radio setempat. Ia juga belajar teologia dan telah diangkat sebagai pembimbing kanak-kanak digerejanya, the Triumphant Life Church di Willmar. Untuk sederhananya, kata Jan, saya menjadi orang yang baru dan berbeda, yang berhasil menjadi pemenang berkat kasih dan kebijaksanaan Tuhan yang tak terbatas.
Setelah bertemu Jan, aku juga menjadi orang yang baru dan berbeda. Aku belajar bersyukur kepada Tuhan atas segala sesuatu dalam hidupku yang membuatku baru dan berbeda, entah dalam perjuangan menjalani pekerjaan paro waktu tambahan agar anak-anakku tetap kuliah, belajar menjadi seorang nenek untuk pertama kalinya atau mengumpulkan keberanian untuk putus dengan seorang teman baik yang mungkin bukan orang yang tepat bagiku.
Jan memang tidak mempunyai lengan, kaki dan tangan dari daging dan darah, tetapi wanita ini memiliki hati dan jiwa lebih besar daripada kebanyakan orang yang pernah kujumpai sebelum dan sejak itu. Ia mengajariku memanfaatkan segala hal yang baru dan berbeda yang dating dalam kehidupanku dengan sepenuh semangat yang dapat kumiliki untuk menjalani hidupku dengan berjaya.
patricia Lorenz

Minggu, 02 Januari 2011

Hanya Sebuah Pelukan.... Part 3

Aku Sekarang duduk termenung... Berpikir bahwa segalanya adalah kesalahanku. Menyia-nyiakan seorang Malaikat yang dikirimkan oleh Tuhan kepadaku...

*************************************************************************
Hari-hari indah terlewati setelah Rico resmi menjadi pacarku

Perlahan bayang-bayang Hendrik menghilang dari Hatiku. Dia juga tidak pernah mencariku. Kira-kira sudah sebulan lamanya kami loss Contact. Aku pun tidak memikirkan alasannya. Mungkin karena sudah terbius cinta dari Rico. Dia seperti Pangeran untukku. He is almost Perfect on my eyes.

Tapi ternyata kebahagiaan itu tak bertahan lama. Sewaktu merayakan Hari jadi kami yang ke 2-bulan, ada seorang cewe yang datang menghampiri kami, dan menampar Rico

"Kamu ternyata bejad yha... Tadi bilang sibuk bekerja, rapat meeting segala.. Ternyata jalan ama cewe lain. Bajingan kau...." Ucap wanita itu dengan muka yang ingin memakan orang.

Aku terkejut mendengar argumen dari wanita itu. Rico menarik wanita itu pergi dari hadapanku, tapi dia sempat berteriak kepadaku

"Wanita jalang, dia ini tunanganku, jangan kau rebut. Kau kira kau cewe yang pantas untuknya...!!!" rico pun menutup mulut sang Wanita sembari menariknya keluar dari resto itu.

Semua itu benar, Rico masihlah seorang playboy. Dia tidak pernah berubah. Hanya aku yang tertipu muslihatnya. Aku menangis, tak tahan akan segala hal yang terjadi... Rico masuk kembali ke dalam restoran itu, dia meminta maaf. AKu tidak ebrkata apa-apa, hanya mengambil gelas, dan menyiram dia dengan isinya dan beranjak pergi. Segalanya menjadi kacau. AKu uring-uringan, di rumah aku hanya terdiam.. Yang terpikir hanyalah Hendrik, karena dengan dialah aku bisa curhat.

Kuberitahu dia apa yang terjadi. Kuceritakan segalanya. Dia pun mendengar dengan seksama, tanpa mengomentari masalah ini..

"Kamu koq diam aja..."sahutku...

"Aku kan cuma dengar, blom disuruh kasi pendapat, yah ga kasi pendapat dunk. Kamu cerita dulu semuanya ampe merasa cukup, baru saat butuh pendapat, baru aku kasi."Sahut dia dengan tenang

"Sekarang aku butuh pendapat..!" seruku

"Semuanya sudah terjadi, jangan ambil itu sebagai kesialan dan kegagalan, tapi petik hikmahnya. Belajar dari pengalaman. Segalanya tak seperti yang kita lihat. Cuma itu yang bisa aku kasi tahu. Sekarang, kamu ga bole bersedih, harus bangkit dan tunjukkan kepada dia bahwa kamu Tuan Putri yang gagah berani..."

"Ngomong enak...."kataku

"Kalo ga dicoba mana tau hasilnya.... Ya Ga?"

Malam itu, hatiku menjadi lebih tenang. Memang Hendriklah yang bisa membuatku tenang. Dia sempat mengajakku untuk hunting foto bersamanya untuk menghilangkan rasa kecewa dan sedih ini. Aku menerimanya.

**
Keesokan harinya, kami pergi ke sebuah taman kota. Tempat yang cukup indah utk hunting foto. Dia hobi dengan fotografi. Hasil fotonya juga spektakuler. Setelah hunting seharian, kami beristirahat. AKu sudah mulai merasa seperti semula, tanpa kesedihan yang melanda hati.

"Udah ga sedih tuan Putri?"

"Yhaa lumayan lah... Elu deh de best, hahahaha.. Cocok jadi penasihat kerajaan lu.."

"yha cuma penasihat... G keren..." kata dia sambil tertawa kecil..

Di saat itu, dia mengambil fotoku, pas disaat aku tersenyum. Kami bercanda ria. Bersenang-senang. Sampai tiba-tiba kami melihat Rico sedang bergandeng tangan dengan cewe lain lagi disana. Dia melihat kami, dan seperti mau kabur. Aku yang tiba-tiba geram langsung menghampirinya dan menamparnya.

"Kakak, kalo kakak gak mau menderita karena cinta, janganlah pacari pria sialan ini. Dia itu playboy cap kakap, udah ada tunangan masih aja cari cewe lain." jawabku kepada wanita tersebut.

Terlihat mereka bertengkar. Rico mendapat tamparan kedua dari gadis tersebut. DIa mengejar gadis tersebut. Aku yang kembali teringat olehnya menjadi sedih.

"Sudah jangan dipikirkan lagi..."

"KAMU GA TAU APA-APA... KAMU GA AKAN PERNAH TAU PERASAANKU SEKARANG INI. KAMU ITU PENGGANGGU DALAM HIDUPKU. KALO GA ADA KAMU MESTINYA HIDUPKU LEBIH TENANG..." Jeritku emosi kepada Hendrik.

Aku tak tahu kenapa mesti memarahi orang yang sebenarnya tidak bersalah. AKu terlanjur emosi, dan akhirnya aku berlari pergi, meninggalkan Hendrik. Dia terus mengejar diriku. Tanpa kusadari saat menyebrang jalan, ada sebuah mobil yang sedang melaju dengan kencang ke arahku.... Dan......

********************************************

Aku Tersadar dan berusaha melihat sekeliling, tapi yang terlihat hanya kegelapan, aku terkejut, aku gelisah

"Kenapa ini, kenapa semuanya gelap... ADA APA INI!!!! ADA APA DENGAN MATAKU...??" seruku

"Tenang nak, ini ayah. Matamu sedang dibalut..."seru ayahku

"Iya nak, jangan terus bergerak, kamu masih lemah" sahut ibuku

"Beruntung hanya satu mata yang rusak, dan itu mungkin bisa diperbaiki jika ada pendonor retina yang cocok dengan retina putri Anda. Kami akan melakukan yang terbaik. 2jam lagi perbannya akan kami buka. Saya permisi dulu."terdengar suara seorang pria yang mungkin adalah dokter yang merawatku.

Aku menjadi stress dengan keadaan ini. 2 jam kemudian perbanku dibuka, Aku dapat melihat dengan sebelah mata, tapi jarak pandang dan ketajaman mataku berkurang, sedangkan yang satunya lagi sudah rusak total. Hanya donor retina yang bisa menyembuhkannya. Ayah berusaha mencari orang yang baik untuk mendonorkan retinanya untukku. Katanya biasa kalo ada orang yang mau meninggal ato baru saja meninggal bisa menyumbangkan retina untukku. Tapi sudah seminggu tetap belum ada kabarnya.

Saya tiba-tiba berpikir tentang Hendrik, dia yang tau pasti kejadian ini, karena dia yang mengejar diriku, namun kenapa dia tidak datang...

"Iya tentu nak Hendrik yg bawa kamu ke sini. Dia terlihat galau sekali mengangkat tubuhmu yang sudah terkulai lemas... Tapi setelah itu dia belum datang..."

Teringat olehku pada hari keempat aku sadar, ada seorang laki-laki datang mengunjungiku, tapi aku tak tahu siapa itu, karena terlihat samar-samar.

Minggu kedua, ada kabar gembira, seseorang yang tak mahu disebutkan namanya mau mendonorkan retina matanya untukku. Yang aku tahu, dia sudah sekarat dan berniat untuk berbuat baik di penghujung  hidupnya. Kata dokter retinanya cocok. Aku merasa bahagia. Terlintas olehku hal-hal yang ingin aku lihat setelah menjalani operasi ini. Kata dokter setelah operasi itu, mata sebelah kiri akan diganti retinanya, sedangkan yang sebelah kanan akan dilaser untuk mengurangi minus pada mataku, sehingga bisa normal, atau paling tidak bisa melihat dengan menggunakan kacamata.

Operasi dilakukan dan berlangsung sukses. Kedua mataku dinyatakan sehat. Tentunya itu membutuhkan biaya yang super duper besar. Untungnya ayah adalah orang yang cukup berada. 3hari setelah operasi, perbanku dibuka. Terlihat terangnya dunia yang kurindu selama 3minggu ini. Bahagianya diriku. Setelah berbahagia ria dengan keluargaku, aku menanyakan tentang pendonor yang memberiku retina. Tapi tak ada satupun orang di rumah sakit itu yang mau memberitahukannya kepadaku. Untuk privasi pendonor katanya. Tapi aku yakin dia bukanlah orang yang sekarat dan mau mati. Karena tidak ada orang seperti itu di rumah sakit ini..

Terlintas dipikiranku sosok Hendrik. Kemana dia, katanya cinta, tapi kenapa dia menghilang dari hidupku. Aku kesal dengannya.
"Katanya sayang, katanya cinta. kenapa dia menghilang begitu saja. Dasar lelaki sama aja. Saat dibutuhkan pada lari..."pikirku dalam hati.

Hariku berjalan normal. Sudah 2minggu aku kembali beraktivitas dalam perkuliahan. Segalanya menjadi normal. Kecuali satu, Hendrik. Dia tidak terlihat lagi. Blackberrynya pun hanya berstatus "bb off". Rasa penasaran menuntunku ke kampusnya. Berharap bisa bertemu dengannya dan menanyakan alasan dia tidak mencariku. Tapi yang kudapat adalah berita buruk. Dia cuti dari kuliah selama setahun. Tak ada yang tahu alasannya. AKu pun menjadi pusing dengan keadaan seperti itu.

Kecewa dan gelisah membuat aku menyerah mencari sosok Hendrik, dan segera pergi. Saat itu lah aku bertemu Rico, yang juga teman baiknya. Aku ingin menamparnya, tapi sebelum sempat, dia langsung menghentikan aku dan berkata...

"Stopp, maafkan aku Erlina, tolong dengarkan aku dulu. Ada yang mau kubicarakan tentang Hendrik..."

Aku menahan emosi dan berusaha mendengarkan ceritanya


"Aku tak tahu kalo kamulah orang yang dicintai oleh Hendrik. Yang aku tahu dia suka dengan cewe di kampus kamu. Aku juga tidak curiga saat dia terus menasihatiku agar tidak mempermainkanmu. Tapi setelah kejadian itu, dia akhirnya menceritakan segalanya kepadaku. AKu memang bejad, tapi kalau saja saat itu aku tahu orang yang dia cintai adalah dirimu, aku ga akan melakukan hal seperti itu kepadamu..." jawab dia serius


"Jadi dimana dia..." sahutku sembari menangis...

"Aku tak tahu, sama sekali tak ada kabar, blackberrynya sudah dijual, dan aku tak tahu lagi dimana dia sekarang. Dia sudah tak ada di kostnya. Hanya saja dia ada meninggalkan sebuah amplop untukmu. Dia menyuruhku memberikannya kepadamu kalo bertemu kamu nantinya." kata Rico sambil memberikanku sebuah amplop.

Dia pergi meninggalkan aku yang masih terisak-isak. AKu duduk di taman kampus. Membuka amplop tersebut. Di dalamnya ada sebuah foto, foto yang diambil saat aku berada di taman Kota bersamanya pada hari dimana kejadian maut itu terjadi. Dan ada sepucuk surat...

"
Maafkan AKu. Jika saat itu aku lebih cepat sedikit, maka semua tidak akan terjadi..
Itu semua adalah salahku..
Aku tak dapat melakukan apa-apa untukmu.
Aku tidak berguna...
Tak ada yang bisa kulakukan untuk membuktikan cintaku...
Kehadiranku hanya menjadi beban hidupmu...
Dulu aku hanya berpikir...
Berpikir bahwa aku bisa membuat kamu Bahagia...
Aku Berusaha selalu ada untukmu...
Berusaha mnjadi penasihat yang baik...
Pendengar yang baik...
Aku tidak pernah meminta apa-apa...
yang aku minta...
HANYA SEBUAH PELUKAN...
Tak ada hal lain yang bisa aku lakukan...
AKu sudah berusaha sekuat tenaga...
Tapi tenang, kamu akan bebas sekarang...
Kamu ga perlu marah-marah lagi deh pokoknya...
Semoga kamu cepat sembuh yah...
dan Cepat menemukan seorang Pangeran yang cocok...
Sahabat sejatimu,
Hendrik...
P.S. : Ada foto di dalam amplop, untukmu
Semoga senyuman itu ga akan Hilang...
Dari wajahmu, PUTRIku
"


Aku menangis, kecewa kenapa dia pergi begitu saja meninggalkan diriku. Apa salahku. Kuambil foto itu, dibaliknya terdapat sebait puisi...

Mungkin ini memang jalan takdirku
Mengagumi tanpa dicintai
Tak mengapa bagiku asal kau pun bahagia
Dengan hidupmu, dalam hidupmu
Telah lama ku pendam perasaan itu
Menunggu hatimu menyambut diriku
Tak mengapa bagiku cintaimu pun adalah
Bahagia untukku, bahagia untukku
Ku ingin kau tahu diriku di sini menanti dirimu
Meski ku tunggu hingga hujung waktuku
Dan berharap rasa ini kan abadi untuk selamanya
Dan izinkan aku memeluk dirimu kali ini saja
Tuk ucapkan selamat tinggal untuk selamanya

Dan biarkan rasa ini bahagia untuk sekejap saja


Aku terpukul, berpikir kalau harus melepasnya pergi. Dia tak pernah pergi, dia tak pernah menyerah meyakinkan diriku bahwa dia menyayangiku. Sekarang saat aku yakin, Dia malah pergi meninggalkanku. Tuhan itu kejam, kenapa DIA tidak memberiku kesempatan mencintai dan dicintai...

*****************************************************************

Yah segalanya telah terjadi. Kisahku mungkin menjadi sebuah pelajaran berarti bagi orang lain. Sudah setengah tahun aku hidup dalam kesedihan. Aku berusaha bangkit. Menghadapi hari esok.

Suatu sore aku berjalan pergi ke Taman Kota. Tempat dimana Hendrik mengambil fotoku yang selalu kusimpan dan kubawa kemanapun aku pergi. Aku duduk sendiri termenung. Tak sengaja aku melihat sesosok lelaki. Memakai sweater dan memakai kacamata hitam. Postur tubuh dan paras wajahnya sangat mirip sekali dengan Hendrik.Dia sedang melihat sesuatu. Dengan diam-diam aku mendekati dia karena penasaran. Tiba-tiba kertas yang ia pegang terbang dan mendarat tepat di kakiku. AKu memungutnya dan terkejut karena gambar yang kulihat adalah foto diriku. Sama percis dengan foto yang difoto oleh Hendrik.

Aku melihat ke arahnya. Dia tampak sedang mencari-cari foto tersebut. Tiba-tiba kacamatanya terjatuh, Tampak wajah Hendrik dengan satu mata ditutup dengan eyepatch. Aku berlari memeluknya. Dia terkejut. DIa melihatku...

"Kok kamu ada di sini."sahutnya hangat..

"ga kenapa-kenapa koq, kenapa dengan matamu..." sahutku heran sembari membuka eyepatch...

"Tak ada yang bisa kulakukan. Hanya ini yang bisa kulakukan agar kamu bisa tetap bahagia dan menjalani hidup dengan normal..."

Aku tak dapatberkata apa-apa. Ternyata dialah yang mendonorkan retina matanya untukku..

"Kenapa kamu melakukannya, kenapa begitu bodoh mempertaruhkan hidupmu untukku...."

"Simple saja, karena aku sayang ama kamu... AKu tidak mengharap apa-apa.. Asal kamu bahagia saja sudah cukup...."

"Kamu kira dengan pergi dari hidupku membuatku bahagia. AKu Memang telat menyadarinya, tapi sekarang aku yakin kalau aku juga sayang ama kamu. Aku tak mahu kehilangan kamu....."
Seruku dengan terisak...

"Betulkah, jika begitu aku tak akan meninggalkanmu lagi....."

"Apa yang bisa kulakukan untuk membalas semuanya..... "

"Aku tidak meminta apa-apa. Aku hanya berharap bisa menjadi Pangeran dalam hidupmu...."

"Kamu Adalah Raja dalam hidupku saat ini....." sahutku

"Dan........"

"Dan apa?"kataku heran.....

"Dan satu hal kecil lagi yang kuinginkan......

"HANYA SEBUAH PELUKAN....."

Hanya Sebuah Pelukan.... Part 2

Janganlah Anda terlalu menjaga image Anda jika Anda menginginkannya....

************************************************************

Perasaan bersalah terus menghantuiku. Sudah seminggu lebih dia tidak mencariku, hal yang sangat aneh bagiku. Kenapa? Karena biasa kalau aku tidak mencarinya sehari saja, maka dia yang akan sibuk mencari diriku. Tapi aku juga masih terlalu malu untuk mencarinya. Walau dalam hati terasa kawatir, serta sedikit rindu. Baru kusadari saat itu, kalau tak ada dia, terasa sepi. Aku sering mengintip statusnya di Blackberryku, tapi tidak ada perubahan. Statusnya tetap seperti keadaan semula.

Tapi sore ini berbeda. Dia mengupdate statusnya, bertuliskan bahwa dia sudah mendapatkan kerjaan yang cocok. Aku sangat ingin menanyakan kabarnya. Jadi kukumpulkan keberanian untuk memanggilnya....

"PING!!!"

"Opss ada apa Tuan Putri" balasnya beberapa saat setelah aku memanggilnya.

"Gak papa sih, cuma tuh status... elu dah dapat kerjaan baru?"

"Udah donk... Hahahaha..."

"Apa itu kerjaannya?"tanyaku penasaran

"R.A.H.A.S.I.A.... hahahahaha. Ga boleh tau dunk..."

"Bah gitu yha.... ehh btw, elu koq dah lama ga cari aku, biasa tiap ari, tumben banget..."

"Gak deh, Aku takut buat kamu marah and sedih lagi karena perbuatan konyolku.." perkataan itu seperti menyentil hati kecilku...

Setelah itu dia mengajakku jalan, tentu saja aku terima, dengan syarat ga ada hal aneh-aneh lagi. Kami bertemu, bukan berdua tapi beberapa orang disana. Beberapa di antaranya aku kenal, karena pernah sekelas.

Di sana ada yang menarik perhatianku, Rico namanya. Dia dulu adalah pria incaran aku, tapi setelah tau dia adalah playboy cap kakap, aku mengurungkan niatku. Terkejutnya, malah Rico bertindak aktif, dia duduk di sampingku, sedikit menggodaku. Dan aku sendiri Open dengan hal tersebut. Toh memang aku masih tertarik dengan pria itu...  Sejenak kulihat si Hendrik, mukanya tidak tersenyum, sesekali dia mencuri pandang kepadaku, tapi saat bertatapan mata, dia melayangkan senyum manisnya. Satu-satunya yang membuatku tenang adalah senyumnya yang manis. Tiba-tiba Rico memanggilku, membuat aku terbangun dari lamunanku.

Setelah pertemuan itu, aku malah jalan ama Rico. Dia mengajakku pergi, dengan Mercynya. Aku menerima begitu saja, lupa dengan janjiku dengan Hendrik... Yah iya lah, Coba aja dua cowo ngajakn out.. Satu naek motor, satu naek mobil.. Hujan-hujan gitu, milihnya pasti mobil donk.. hehehehe...

Kami jalan hingga malam. Rico mengajakku dinner di sebuah resto yang cukup wah lah. Aku pengen nolak, karena sudah malem, dan memang aku mulai risih aja dengan gombalannya.. Tapi apa daya, siapa yang anterin pulang entar pikirku... Disana dia nembak aku, gilak aku terkejut... Aku tidak memberi jawaban begitu aja donk.

"Kamu masih playboy seperti dulu kan?" seruku sambil memicingkan mata.

"Enggak kali... Aku dah tobat setelah ngenal kamu. waktu kemaren kamu nolak aku, Aku dah tobat,...." jawabnya dengan muka pasrah...

"AKu ga bisa kasi jawaban sekarang..."

setelah itu kami pun beranjak pulang. Si Rico memang cowok yang asyik, dan jujur aku juga masih tertarik dengannya. Tapi ini terlalu cepat. Jadi yah aku tetap pada jawabanku...

Sesampai di kamar baru kusadari kalo sudah seharian tidak menyentuh handphone kesayanganku. 45 BBM, serta beberapa misscoll. Setelah dibuka sih memang rata-rata broadcast dari orang. DI antaranya ada yang dari Hendrik. Sekali lagi aku memikirkan dirinya..

"Diajakin rico out yha.. Bagus-bagus. Hav fun yah :)"

Message yang dia kirim beda dengan statusnya yang cuma menampakkan Icon muka sedih. Aku pun mencoba mencarinya...

"Hoi... Tadi sorry aku lupa out ama kamu. Abiz ujan juga sih.. hehehehe"

"Gak papa lah, ga ada masalah e koq..."sahut dia dingin..

"Lagian katanya suka, tapi ga berusaha.. Boonk kali elu suka ama aku. Klo suka tapi ga dipertahankan malah kasih orang lain yang ajakin out hahahahaha joke,....." seruku berusaha mencairkan suasana

"Untuk apa aku berbuat gitu? Kalo emank out ama dia bisa buat u senang, ngapaen aku larang..?"

Sekali lagi dia membuat aku diam seribu bahasa. Aku pun ga melanjutkan perbincangan itu, dia juga tidak membalas apa-apa...

Setelah hari itu, Rico menjadi sering mencariku. Sejujurnya itu membuat aku perlahan melupakan Hendrik. Sampai suatu saat aku curhat dengan Hendrik...

"Drik, si Rico kemaren nembak aku lah..."

"Ohh, menurut kamu gimana?"sahut dia tetap dingin...

"Entah yah, dianya Oke sih. Dan jujur aku masih soor ama dia. Tapi takutnya dia masih playboy. Hahaha. Kamu kan tau tentang dia. DIa masih kek dulu ga..."

"oH aku kurang tahu tuh. Kan ga kuawasi 24jam. hahahaha"

"Jadi menurutmu gimana...?"

"hmmmmmmm, Mau jawaban dari aku?"

"Mau dunk... cemana sih..."jawabku mulai penasaran....

"Ikuti kata hatimu, jangan pernah berbohong dengan kata hati. Karena itu adalah kata-kata terjujur dari seseorang. Semua tergantung kamunya seh.. aku cuma bisa kasi saran gitu..."

"Kamunya gimana hahahahaha" jawabku usil

"As Long As U Happy, Its enough for me.. :-)..........."

Lagi-lagi aku kena skak mati ama dia....

"Walo aku suka, tapi aku ga mau egois, itu hak kamu, itu semua tergantung kamu. Aku cuma bisa support kamu...." jawaban yang membuat aku hampir menangis...

Tapi entah napa.. Mungkin karena keangkuhanku membuatku mengungkiri kalo sekarang aku sudah mempunyai perasaan dengan Hendrik... Tapi peduli lah. Malem itu aku menjawab pertanyaan dari Rico. Aku menerimanya sebagai kekasih hati. Perasaan aku antara senang dengan sedih.

Senang karena sudah memiliki pacar yang oke...
Dan
Sedih karena mengecewakan salah seorang yang juga aku CINTAI....

**************************************
Akankah semua berjalan lancar??
Atau berakhir penderitaan??

Kisah SUkses KFC

Inilah kisah sukses dari kegigihan Kolonel Sanders, pendiri waralaba ayam goreng sukses terkenal KFC. Dia memulai kesuksessan ini di usia 66 tahun. Pensiunan angkatan darat Amerika ini tidak memiliki uang sepeser pun kecuali dari tunjangan hari tuanya, yang semakin menipis. Namun dia memiliki keahlian dalam memasak dan menawarkan resep masakannya ke lebih dari 1.000 restoran di negaranya. Kolonel Harland Sanders adalah pelopor Kentucky Fried Chicken atau KFC yang telah tumbuh menjadi salah satu yang terbesar dalam industri waralaba makanan siap saji di dunia.
Sosok Kolonel Sanders, bahkan kini menjadi simbol dari semangat sukses kewirausahaan. Dia lahir pada 9 September 1890 di Henryville, Indiana, namun baru mulai aktif dalam mewaralabakan bisnis ayamnya di usia 65 tahun. Di usia 6 tahun, ayahnya meninggal dan Ibunya sudah tidak mampu bekerja lagi sehingga Harland muda harus menjaga adik laki-lakinya yang baru berumur 3 tahun. Dengan kondisi ini ia harus memasak untuk keluarganya. Di masa ini dia sudah mulai menunjukkan kebolehannya.
Pada umur 7 tahun ia sudah pandai memasak di beberapa tempat memasak. Pada usia 10 tahun ia mendapatkan pekerjaan pertamanya didekat pertanian dengan gaji 2 dolar sebulan. Ketika berumur 12 tahun ibunya kembali menikah, sehingga ia meninggalkan rumah tempat tinggalnya untuk mendapatkan pekerjaan di pertanian di daerah Greenwood, Indiana. Selepas itu, ia berganti-ganti pekerjaan selama beberapa tahun.
Pertama, sebagai tukang parkir di usia 15 tahun di New Albany, Indiana dan kemudian menjadi tentara yang dikirim selama 6 bulan ke Kuba. Setelah itu ia menjadi petugas pemadam kebakaran, belajar ilmu hukum melalui korespondensi, praktik dalam pengadilan, asuransi, operator kapal feri, penjual ban, dan operator bengkel.
Di usia 40 tahun, Kolonel ini mulai memasak untuk orang yang bepergian yang singgah di bengkelnya di Corbin. Kolonel Sanders belum punya restoran pada saat itu. Ia menyajikan makanannya di ruang makan di bengkel tersebut. Karena semakin banyak orang yang datang ke tempatnya untuk makan, akhirnya ia pindah ke seberang jalan dekat penginapan dan restoran bisa menampung 142 orang.
Selama hampir 9 tahun ia menggunakan resep yang dibuatnya dengan teknik dasar memasak hingga saat ini. Citra Sander semakin baik. Gubernur Ruby Laffoon memberi penghargaan Kentucky Colonel pada tahun 1935 atas kontribusinya bagi negara bagian Cuisine. Dan pada tahun 1939, keberadaannya pertama kali terdaftar di Duncan Hines “Adventures in Good Eating.”
Semoga Bermanfaat.

Kisah Sukses Mc' Donald

Inilah kisah sukses restoran siap saji Mc Donald dimulai di tahun 1940 dengan dibukanya sebuah restoran oleh Dick dan Mac McDonald, di San Bernardino, California. Mereka memperkenalkan “Speedee Service System” pada tahun 1948, yang kemudian menjadi pinsip dasar restoran siap-saji moderen. Maskot awal McDonald’s, yang bernama Speede, adalah seorang pria dengan kepala berbentuk hamburger yang menggunakan topi koki. Speede kemudian digantikan oleh Ronald McDonald di tahun 1963.
McDonald’s saat ini tidak menjadikan tahun 1940 sebagai tahun kelahiran restoran McDonald’s dan awal dari semua kisah suksesnya. Mereka memilih 15 April 1955, ketika Ray Kroc membeli lisensi waralaba McDonald’s dari Dick dan Mac di Des Plaines, Illinois, sebagai hari kelahirannya. Kroc kemudian membeli saham dari McDonald’s bersaudara dan memimpin perusahaan ini melakukan ekspansi ke seluruh dunia. Saham McDonald’s mulai dijual kepada publik tahun 1965.
Sifat agresif yang dimiliki Kroc bertentangan dengan keinginan McDonald bersaudara. Kroc dan McDonald bersaudara bertikai untuk mengontrol bisnis ini, namun akhirnya McDonald bersaudara lah yang pergi meninggalkan perusahaan. Pertikaian ini didokumentasikan baik dalam otobiografi Kroc maupun otobiografi McDonald bersaudara. Situs di mana McDonald bersaudara pertama kali mendirikan restoran kini dijadikan monumen.
Dengan ekspansi agresifnya ke seluruh penjuru dunia, McDonald’s dijadikan sebagai simbol globalisasi dan penyebar gaya hidup orang Amerika.
Pada tahun 1960, terdapat lebih dari 200 saluran McDonald’s di seluruh Amerika, perluasan cepat yang dikobarkan oleh biaya franchise yang rendah. Ray Kroc telah menciptakan salah satu merek yang paling kuat sepanjang masa. Tetapi dia nyaris tidak mendapat keuntungan. Akhirnya, dia memutuskan untuk menggunakan real estate sebagai pendukung keuangan yang menyebabkan McDonald’s menjadi operasi yang menguntungkan dan sukses. Pada tahun 1956, Kroc mendirikan Franchise Realty Corporation, membeli tanah dan bertindak selaku pemilik restoran bagi pembeli franchise yang penuh minat.
Dengan langkah ini, McDonald’s mulai memperoleh penghasilan yang sesungguhnya, dan perusahaan pun lepas landas. Kroc kemudian memperkenalkan program periklanan nasional untuk mendukung franchise yang tersebar dengan cepat, dan setelah tampak bahwa pertumbuhan di wilayah asal perusahaan ini melambat pada awal tahun 1970-an, dia memulai dorongan yang penuh semangat dan sukses untuk membuat kehadiran global bagi McDonald’s. Sepanjang pertumbuhan perusahaan yang spektakuler, Kroc melakukan akrobat keseimbangan berjalan di atas rentangan tali yang sulit, memberlakukan standar yang keras di seluruh sistem sementara mendorong semangat wirausaha yang menyambut baik gagasan dari semua tingkat. Banyak gagasan ini yang memberikan sumbangan kepada keberhasilan perusahaan yang menakjubkan. Dalam mengumpulkan kekayaan sebesar $500 juta, raja hamburger ini mengubah lansekap budaya bangsa dan menempa sebuah industri yang termasuk di kalangan ekspor Amerika yang terbesar. Keberhasilan dan kesuksesan McDonald’s yang ditiru secara meluas menawarkan contoh yang baik sekali bagi manajer dan eksekutif zaman sekarang yang berusaha mencari efisiensi produksi yang lebih besar.
Dengan menempatkan hamburger yang bersahaja di atas jalur perakitan, Kroc menunjukkan kepada seluruh dunia bagaimana cara menerapkan pross manajemen yang maju pada usaha yang paling membosankan. Supaya bisa maju dengan cara McDonald’s, perusahaan-perusahaan harus menetapkan prinsip dasar pelayanan yang mereka tawarkan, memecah-mecah pekerjaan menjadi bagian-bagian, dan kemudian terus-menerus merakitnya kembali dan menyempurnakan banyak langkah sampai sistem berjalan tanpa kekangan. Hari ini, perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam antara pizza, pemrosesan klaim asuransi, atau menjual mainan mendapat keuntungan dari jenis sistem yang dipelopori oleh Ray Kroc. Sampai tingkat ketika operasi seperti ini menjaga pengendalian mutu, dan memelihara kepuasan pelanggan, keuntungan akan mengalir.
Sebagai salesman mesin susu kocok, Raymond Kroc secara rutin mengunjungi kliennya. Tetapi ketika salesman berumur lima puluh dua tahun ini pergi dari rumahnya dekat Chicago ke California selatan untuk menemui dua kliennya yang terbesar, hasilnya sama sekali bukan hal rutin. Maurice dan Richard McDonald meninggalkan New Hampshire pada tahun 1930, berusaha mencari peruntungan di Hollywood. Karena tidak bisa mendapatkan hasil besar di Tinseltown, kakak beradik ini akhirnya menjadi pemilik restoran drive-in di San Bernardino, kota kecil berdebu sejauh lima puluh lima mil di sebelah timur Los Angeles. Sementara kebanyakan restoran membeli satu atau dua Prince Castle Multimixer, yang bisa mencampur lima gelas susu kocok sekaligus, McDonald bersaudara membeli delapan buah. Dan Kroc ingin tahu jenis operasi apa yang membutuhkan kemampuan membuat empat puluh gelas susu kocok pada saat saat yang bersamaan. Maka dia pergi ke San Bernardino, dan apa yang dilihatnya di sana mengubah kehidupannya. Kroc berdiri di keteduhan dua gerbang lengkung keemasan restoran yang gemerlapan, yang menerangi langit di senja kala, dan melihat antrian orang-orang yang berkelok-kelok seperti ular di luar restoran yang berbentuk segi delapan. Melalui dinding bangunan yang selurunya terbuat dari kaca, dia memandangi para karyawan pria, yang memakai topi kertas dan seragam putih, sibuk di restoran yang sangat bersih, menyajikan burger dalam piring, kentang goreng dan susu kocok kepada keluarga-keluarga kelas pekerja yang berdatangan naik mobil. “Sesuatu pasti sedang terjadi di sini, saya mengatakan kepada diri sendiri,”
Kroc kemudian menulis dalam otobiografinya, Grinding It Out. “Ini pasti operasi perdagangan paling menakjubkan yang pernah saya lihat.” Tidak seperti begitu banyak operasi pelayanan makanan yang pernah ditemui oleh Krock, tempat ini mendengung seperti mesin yang ditun-up dengan sempurna. Sebagaimana Forbes menyatakannya, “singkatnya, kakak-beradik ini mendatangkan efisiensi kepada bisnis yang cepat.” Mereka menawarkan menu sembilan jenis makanan – burger, kentang goreng, susu kocok, dan pai – menyingkirkan tempat duduk, serta menggunakan alat makan kertas dan bukannya kaca atau porselen. Mereka juga merancang jalur perakitan kasaran sehingga mereka bisa melayani pesanan dalam waktu kurang dari enam puluh detik.
Kroc seketika tahu bahwa dia telah melihat masa depan. “Malam itu dalam kamar motel saya, saya berpikir keras tentang apa yang saya lihat siang harinyal. Bayangan restoran McDoland’s yang tersebar di sekitar perempatan jalan di seluruh negara berpawai melalui otak saya.”
Dengan persetujuan di tangan, Kroc mulai memenuhi bayangannya tentang restoran McDonald’s yang meledak dari pantai ke pantai. Dia memulai dengan membangun mata rantai pertama kongsi restoran ini – sebuah model eksperimewntal di Des Plaines, illinois, di luar kota Chicago, yang bersifatkan harga rendah yang sama, demikian pula menu yang terbatas, dan pelayanan cepat seperti di restoran San Bernardino. Restoran yang dibuka pada tanggal 15 April 1955 ini mencapai penjualan yang terhormat sebesar $366,12 dengan cepat memasukkan keuntungan. Kroc mengawasi restoran ini dengan waspada seperti seorang ibu baru, secara pribadi memimpin kegiatan dapur dan mengorek sisa permen karet dari pelataran parkir dengan pisau raut. Bagi Kroc, meniru satu kedai tunggal kakak-beradik McDonald baru permulaannya. Supaya bisa membangun kongsi restoran, Kroc tahu bahwa dia harus memberlakukan disiplin atas industri restoran yang dikelola secara longgar. Dan itu berarti menyempurnakan prosedur operasi yang distandarkan dalam proses yang bisa ditiru. Empat puluh tahun sebelumnya, Henry Ford sudah menyadari bahwa produksi masal mobil memerlukan perkawinan antara presisi bagian-bagian mobil dan proses perakitan yang efisien. Wawan Kroc adalah menerapkan disiplin yang sama pada pembuatan sandwich.
Dengan menggunakan gagasan bahwa “ada ilmu untuk membuat dan menyajikan hamburger,” Kroc memberikan kepada kepingan daging sapi gilingnya spesifikasi yang tepat – kandungan lemak: di bawah 19 persen; berat: 1,6 ons: garis tengah: 3,875 inci; bawang: ¼ ons . Kroc bahkan membangun sebuah laboratorium di pinggiran kota Chicago untuk merancang metode pembuatan kentang goreng yang sempurna pada akhir tahun 1950-an. Bukannya sekedar memasok pembeli franchise dengan rumus susu kocok dan eskrim, Kroc ingin menjual kepada mitra barunya satu sistem operasi. Dengan lain perkataan, dia membuat cap satu pelayanan. Dan ini sarana revolusioner yang akan digunakan oleh McDonald’s untuk menciptakan kongsi restoran yang di dalamnya satu restoran di Delaware dan satu restoran di Nevada akan menyajikan burger yang tepat sama ukuran dan mutunya, masing-masing berisi potongan acar yang sama, setiap burger disajikan dalam talam yang serupa bersama kentang goreng yang dimasak dengan lamanya waktu yang sama. Sebagaimana yang diingat oleh Kroc, “Kesempurnaan sulit sekali dicapai, dan kesempurnaanlah yang saya inginkan dalam McDonald’s. Segala hal lainnya sekunder bagi saya.”
Tetapi tuntutan yang serba tepat melayani satu tujuan strategis. “Tujuan kami, tentu saja, adalah memastikan bisnis yang berulang berdasarkan reputasi sistem dan bukannya
mutu satu restoran atau operator tunggal,” kata Kroc. Walaupun franchise McDonald’s bertumbuhan dimana-mana di seluruh daerah di Barat Tengah dan Barat seperti bunga liar setelah hujan musim semi, keberhasilan perusahaan rupanya berumur pendek. Sementara persetujuan asli yang dijalin dengan kakak-beradik McDonalds menyebabkan Kroc menyayangi pembeli franchise yang paling awal, ini juga menyebabkan perusahaan yang baru lahir ini langsung menuju kemungkinan bangkrut. Selama tahun 1960, ketika kongsi restoran ini mengeruk uang $75 juta dalam penjualan, penghasilan McDonald’s hanya $159.000. “Singkatnya, konsep Kroc untuk membangun McDonald’s, John Love. Dan rumah kartu impian Kroc mulai runtuh di bawah bobotnya sendiri. Sementara terbenam dalam utang dan tanpa pertumbuhan keuntungan yang bisa dibayangkan, Kroc menghadapi satu dilema yang klasik. Dia tidak mampu memperluas usaha. Dan dia tidak bisa tetap terapung.
Untunglah, Harry Sonnenborn menemukan pemecahan. Dia berpikir McDonald’s harus mendapatkan uang dengan menyewa atau membeli lokasi yang akan dijadikan kedai dan kemudian menyewakannya kembali kepada pembeli franchise mula-mula dengan peningkatan harga 20 persen, dan kemudian 40 persen. Di bawah rencana ini, McDonald’s akan mencari lokasi yang sesuai dan menandatangani perjanjian sewa dengan bunga yang ditentukan. Strategi real estate pas sekali dengan tujuan penguasaan Kroc yang lebih besar. Bukannya menjual franchise geografis sebagai selubung, yang akan memberikan kepada pemegangnya hak untuk membangun sebanyak-banyaknya atau sesedikit-sedikitnya kedai sekehendak hatinya disuatu kawasan tertentu, Kroc hanya menjual franchise individual, dengan biaya rendah $950. Ini mematikan bahwa operator yang tidak bersedia bermain mengikuti aturannya hanya bisa membuka tidak lebih dari satu saluran. Setelah menyerahkan urusan keuangan yang stabil ke tangan Harry Sonnenborn yang ahli, Kroc mulai memperluas dan memprofesionalkan kerajaan industri yang sedang tumbuh ini. Di bawah konsepsinya yang baru, setiap pembeli franchise dan operator seperti seorang manajer pabrik. Karena mengetahui bahwa ukuran bagi kompleks industri yang maju adalah manajemen profesional, pada tahun 1961 Kroc meluncurkan satu program latihan-di restoran baru di Elk Grove Village, Illinoiss. Di sana, kelompok pelaksana melatih pembeli franchise dan operator dalam metode ilmiah mengelola McDonald’s yang sukses dan melatih mereka dalam ajaran kroc tentang Mutu, Pelayanan, Kebersihan dan Nilai. “Saya menaruh hamburger pada jalur perakitan,” Kroc suka mengatakan. Hamburger juga berisi laboratorium penelitian dan pengembangan untuk mengembangkan mekanisme memasak, membekukan, menyimpan, dan menyajikan. Di mana pun juga tidak ada dikotomi antara pengendalian pusat dan otonomi operasi yang lebih kentara daripada dalam iklan.
Pada hari Natal akhir tahun 1950-an, Turner dan para manajer lainnya bisa berkeliling Chicago Loop dengan “Kereta Sinterklas,” sebuah truk eskrim yang diubah menjadi restoran drive-in McDonal’s yang beroda. Namun kendati sangat menyukai cara menjajakan barang dagangan model kini ini, McDonald’s tidak mempunyai strategi periklanan untuk seluruh perusahaan. Sebaliknya, ketika operator Minneapolis Jim Zein melihat penjualannya meledak pada tahun 1959 setelah memasang iklan radio, Kroc mendorong para operator untuk memanfaatkan gelombang udara dengan kampanye mereka sendiri. Iklan yang sukses membantu penggalakan pertumbuhan yang lebih besar. Dan pada tahun 1965, dengan 710 restoran McDonald’s tersebar dalam empat puluh empat negara bagian, $171 juta dalam penjualan, dan neraca yang relatif mantap, akhirnya McDonald’s mekar sepenuhnya. Perusahaan ini go public pada tanggal 15 April, tepat sepuluh tahun sampai ke harinya setelah Kroc membuka kedai Des Plaines, menjual 300.000 saham dengan harga per lembar $22,50. Banyak saham ini yang ditawarkan oleh Kroc, yang mengeruk uang $3 juta dalam penjualan. Kroc mengerahkan uang tunai ini untuk memperluas perusahaan dan melawan pesaing yang dengan cepat menyebar di mana-mana, sebab keberhasilan perusahaan telah melahirkan banyak imitasi yang berusaha memanfaatkan industrialisasi fast food yang semakin meningkat. Melalui pertumbuhan yang pesat dan iklan yang meluas, McDonald’s pada awal tahun 1970-an menjadi kongsi restoran fast food yang terbesar di seluruh negara dan sifat yang mudah dikenali dari lansekap budaya Amerika. Dan penguasa tertinggi McDonaldland, Ray Kroc, menjadi seorang tokoh yang bertingkat nasional. Pada tahun 1972, ketika lebih dari 2.200 saluran McDonald’s mengeruk penjualan $1 milyar,
kroc menerima hadiah Horatio Alger dari Norman Vincent Peale.
Sementara nilai saham pemilikannya meningkat menjadi kira-kira $500 juta. Sementara produk McDonald’s menjadi makanan pokok Amerika, hal ini membangkitkan keinginan menyelidiki wartawan dan politikus pembaharuan yang suka mencari-cari kejelekan, raksasa industri profil tinggi Ray Kroc juga menarik perhatian dari banyak pihak. Sementara produk McDonald’s menjadi makanan pokok Amerika, hal ini membangkitkan sikap tinggi hati kaum elit industri makanan. Mimi Sheraton dari New york magazine menyatakan: “Makanan McDonald’s mengerikan secara tidak ketulungan, tanpa keindahan apa pun.” Para politikus juga memperhatikan. Pada tahun 1974, ketika nilai pasar perusahaan ini melampaui nilai U.S. Steel yang maju dengan lambat, Senator Lloyd Bentsen mengeluh: “Ada sesuatu yang tidak beres dengan ekonomi kita kalau pasar saham lebih banyak dalam hamburger dan lebih sedikit dalam baja.”
Banyak analis yang memandang pertumbuhan McDonald’s yang pesat sebagai hal yang tidak akan bisa dipertahankan. Tetapi Kroc merasa yakin bahwa perusahaan perlu terus berkembang supaya bisa bertahan hidup. “Saya tidak percaya dengan kejenuhan,” dia berkata. “Kami berpikir dan bicara dalam tingkat seluruh dunia.” Kroc membayangkan sebuah dunia yang di dalamnya 12.000 pasang Gerbang Lengkung Keemasan akan berdiri sebagai pos luar sebuah kerajaan perdagangan yang perkasa. Mendirikan pangkalan di ibu kota negara-negara Eropa baru permulaannya. Dengan berlalunya waktu sepuluh tahun, seribu restoran yang dibuka oleh perusahaan di luar negeri menggalakkan 27 persen tingkat pertumbuhan tahunan. Kongsi restoran ini begitu universal dikenal sebagai lambang usaha Amerika dan berpengaruh, sehingga ketika gerilyawan Marxis meledakkan sebuah restoran McDonald’s di San Salvador pada tahun 1979, mereka menyatakan bahwa tindakan teroris ini sebuah pukulan mematikan terhadap “imperialis Amerika.” “Walaupun McDonald’s mencapai sukes, dan kekayaan pribadinya mencapai $340 juta, dia selalu khawatir,”
Forbes menulis pada tahun 1975, “Kalau Kroc bepergian, dia bersikeras menyuruh sopirnya membawanya paling sedikit ke enam restoran McDonald’s untuk melakukan inspeksi kejutan.”. Walaupun dia membunuh persaingan, persaingan tidak membunuh Ray Kroc. Dia meninggal dunia dalam usia lanjut pada bulan Januari 1984, pada umur delapan puluh satu tahun, tepat sepuluh bulan sebelum McDonald’s menjual hamburger yang ke-50 milyar.
Sampai pada tahun 2004, McDonald’s memiliki 30.000 rumah makan di seluruh dunia dengan jumlah pengunjung rata-rata 50.000.000 orang dan pengunjung per hari dan rumah makan 1.700 orang.
Lambang McDonald’s adalah dua busur berwarna kuning yang biasanya dipajang di luar rumah-rumah makan mereka dan dapat segera dikenali oleh masyarakat luas.
Restoran McDonald’s pertama di Indonesia terletak di Sarinah, Jakarta dan dibuka pada 23 Februari 1991. Berbeda dari kebanyakan restoran McDonald’s di luar negeri, McDonald’s juga menjual ayam goreng dan nasi di restoran-restorannya di Indonesia.
Semoga kisah sukses ini dapat menjadi inspirasi bagi anda dan juga kita semua untuk ters maju dan berkembang

Hanya Sebuah Pelukan..... Part 1

Namaku Erlina, seorang mahasiswi semester lima jurusan informatika yang masih single.. Yah masih single itu menderita banget lhoo menurutku,.... Kenapa? Ya iya lah, temanku di kampus semua dengan santai menggandeng tangan pasangannya, sedangkan aku apa? Aku hanya menggaet angin yang berhembus, air yang mengalir... haduuw

Sebenarnya menurut teman-teman aku seh aku cakep(Aduhhh senangnya dipuji mereka), tapi katanya aku terlalu pandai memilih pasangan. Menurut aku sih itu salah, yah pasti kupilih-pilih lah klo yang dateng smua klo ga gembrot, pasti kribo and keriwil-keriwil rambutnya. Kek indomie goreng gitu... Ada juga seh yang ganteng yang ngejer aku, tapi, selalu ketahuan playboynya.. Aduh.....

Sebenarnya di antara semua cowo yang pernah ngejer aku, ada satu yang belom menyerah ampe sekarang.. Ntah tak tahu malu, ato begok and ga tau klo aku ga suka ama dia. Sebenarnya dia dekat ama aku, tapi aku ga pernah bisa menganggap dia sebagai seorang calon pendampingku. Bukan karena jelek, gembrot ato segalanya. Malah sebaliknya, mukanya lumayan ganteng, dengan postur yang cukup wahh lah. Dia bahkan sering dikejar ama cewe lain di kampus, tapi ga ada yang dia "Openin". Terkadang aku ngejek dia Gay karena selalu menolak cewe-cewe yang nembak dia. DIa cuma menjawab santai "klo kamu yang nembak, bakal lain ceritanya. kamu aja yang ga mau nembak aku". Klo dia dah bilang gitu, aku langsung males berbicara dengannya.

Dia sebenarnya sangatlah dekat, kami sering chatting, and karena sekarang lagi ngetrendnya blackberry, tentu kami sering BBM-an lah. Aku sering curhatan ama dia tentang cowo-cowo yang ngedeketin aku. Dan mau tau tanggapan dia? Dia selalu menanggap semua hal itu dengan jalan positif. Meski dia suka dengan aku, dia tetap mensupport diriku

"Walo aku cinta, tapi klo ada yang lebih baik yang jadi pilihan kamu, yah pasti tetap aku dukung lah" sebutnya santai sewaktu aku nanyain apa yang dia rasa klo aku chat tentang hal yang menyangkut cinta.

Dia itu sangat penyabar, aku salut dengannya. Oh iya aku lupa kenalin dia. Namanya Hendrik. Kalo dibilang seh dia itu sohibku yang paling oke. Dia selalu membuka kedua tangannya sewaktu aku butuh pelukan. Tapi entah kenapa, aku tidak pernah merasakan cinta yang dia inginkan. Aku merasa dia itu biasa-biasa aja. Mungkin karena sudah terlalu dekat kali yha.

Sewaktu semester lima, kami terpisah karena beda gedung perkuliahan. Kami jadi jarang bertemu, juga jarang chatting karena selalu sibuk. Sebenarnya aku yang selalu mengatakan kalau aku sibuk. Teknik ngehindar gitu deh. Biar aku agak aman dan bisa cari gebetan.

Sore itu sewaktu pulang kuliah, dia tiba-tiba datang menemuiku, dia ngajakin lunch. Aku pikir ga ada salahnya lah lunch, toh dia tuh teman terbaik aku. Dia mengajak aku ke sebuah cafe yang cukup lux. Aku sempat heran, dia itu bukan seorang kaya, kenapa dia mau aja bawa aku ke tempat yang pasti mahal budgetnya. Tapi aku ga nanya, jaga gengsi deh.... Dan juga siap-siap kalo dia ga sanggup bayar makan yang kami pesan.

"Bro datang juga loe... Noh noh situ tempat yang elo pesan" jawab sang pelayan dengan santai..

"Uizz mantap bro, thanks yha" ucap Hendrik

Aku sempat terheran-heran kenapa dia bisa sesantai itu berbicara dengan pelayan di cafe lux ini. Lagian pelayan tidak pernah berbicara begitu dengan pelanggan.

Setelah kami duduk aku pun menanyakan hal yang aneh itu. Rupanya ini adalah tempat dimana ia bekerja. Ia bekerja sebagai HRD di cafe ini. Pantas lah santai masuk ke tempat lux seperti ini. 

"Makan apa tuan putri..?" Itu adalah panggilan sehari-hari dia. Menurutku agak lebay, tapi dah terbiasa sih. Jadi dah ga terganggu...

"Apa yah, yang enak apa, elu kan kerja sini.... Elu pesan aje deh. Aku terima bersih...."

DIa pun memesankan sesuatu yang aku ga tau apa rasa dan rupanya.


Lima belas menit kemudian makanan datang, memang terlihat wah seh. Dan rasanya juga oke. Hahahaha....
Jarang-jarang makan yang gini pikirku, bisa dijadikan spot favorit. Tapi kalo dipikir-pikir ga jadi, klo jadi tempat nongkrong malah jadi sering ketemu hendrik..

"eeh Gay, elu kerja dah brapa lama di sini, koq aku ga tau?" nah yang itu panggilan SAYANGku wkwkwk


"Jangan gitu lah, aku suka ama elu, ga GAY kale... hahaha. Udah cukup lama. Elu ga pernah tanya jadi mana kukasi tahu lah RiNa..."

Emang aku ga pernah banyak tanya tentang dirinya. Yang aku tahu, sewaktu ketemu masalah aku langsung ping dia, dan dia akan selalu ada untuk kasi solusi untuk aku...

Kami memakan makanan kami masing-masing.. Kami berdua membisu, tapi aku tahu kalo dia terus memandangi aku, walau aku berpura-pura tidak tahu.

Tiba-tiba datang beberapa pemain gitar, memainkan lagunya Ungu - cinta dalam Hati. Aku pun terkejut. Dia memegang tanganku dengan kedua tangannya...

"Maaf yah atas sedikit kejutan seperti ini. Selama ini kan aku ga pernah secara langsung nembak kamu seperti ini. Jadi sekarang aku ngeberaniin diri untuk nembak kamu. Maaf buat kamu terkejut..."

Aku spontan emosi karena sikap dia yang keras kepala dan selalu tidak mau mengerti kalo aku ga akan nerima dia... Aku melepaskan genggaman tangannya dan berdiri.

"Apa-apaan sih kamu. Kamu udah gilak apa? AKu dah bilang berapa kali kalo AKU GA SUKA AMA Kamu. Ampe tua juga jawabannya ENGGAK,..... Elu ngerti ga seh? Ato ga tau arti kata dari ENGGAK?"Dengan emosi dan spontan, aku mengangkat piring yang masih terisi setengah makanan dan melemparnya ke muka Hendrik, serta menyiramnya dengan minuman yang ada di mejaku.

Kami menjadi bahan tontonan orang. Aku sendiri tidak tahu kenapa pada saat itu, bisa mengamuk seperti itu. Aku langsung melangkah keluar dari cafe itu.. AKu ga tau apa yang terjadi dengan si Hendrik.. Setelah di rumah aku baru nyadar kalo yang aku perbuat itu keterlaluan. Karena dia toh hanya nembak bukan apa-apain aku. Aku beranikan diri nge-ping dia. Tapi aku sempat melihat status di bb profilenya.

"Bodohnya aku, Sorry yha...."

Aku tetap meniatkan diri untuk nge-ping dia. Dia langsung membalas....

"Ada apa Putri?" balasnya

"Kamu marah ga Drik? Sory aku agak keterlaluan"

"Udah gak papa, ga usah dibahas koq, aku ga marah. Itu aku yang salah. Lagian semuanya udah aku urus. hahaha" jawabnya santai

"Oh yha? Klo gitu aku bisa tenang deh. Gua kasi tau, jangan lagi ngelakuin hal yang bodoh kek tadi. Awas lohhhh?"

"Maafin aku yha..."

"Gak, ga secepat itu...."

Seharusnya aku yang meminta maaf, malah ini kebalikan, aku terlalu arogan untuk meminta maaf. Hendrik pun  tidak mempersoalkannya menurutku. Aku agak bingung dengan sikap dia. Dia itu begok ato apa juga aku ga tau.

Keesokan harinya aku terkejut mendengar dari teman-temannya Hendrik kalo dia dipecat.

"Iya tuh Hendrik dipecat, katanya sih dia bertengkar dengan customer, dia juga melanggar peraturan kalo karyawan ga boleh makan waktu jam kerja di sana. Sekali kena dua deh"

"Ouw, ya sudah, g pduli, ngapaen kasi aku tau...." jawabku sombong, dengan perasaan ga bersalah aku pergi meninggalkan mereka. Walo sebenarnya aku merasa bersalah, karena overacting kemarin. Dia menjadi pengangguran, apalagi klo tau kalo dia itu menjadi tulang punggung adik-adiknya yang masih perlu bersekolah. Tapi sekali lagi perasaan egois ini menutupi hati nurani ini dan dengan gaya yang angkuh menjaga Image seorang Erlina....

Di lockerku terpampang sebuah surat dan sekuntum bunga mawar. Itu memang bunga favoritku, dan pada awalnya aku memang cukup senang. Pertamanya aku kira dari fans baru gitu deh. Tapi setelah membaca suratnya, ternyata dari Hendrik....

"
Maafkan Aku atas Segala Kesalahan yang Tidak Berarti Kemarin

Salam, Hendrik
"

Hanya itu yang tertulis, tidak seperti biasanya, dengan panggilan putri. Aku pun tersadar, sudah cukup lama dia tidak memanggilku dengan sebutan itu.

Keesokan harinya aku mendapat kabar kalo si Hendrik ternyata bolos. Aku tidak percaya, karena dia tidak pernah begitu sebelumnya. Dan sewaktu mau menanyakan hal itu via BBM, aku mengurungkan niat setelah melihat statusnya yang bertuliskan "Berjuang Cari Kerjaan Baru". Aku terlalu angkuh dan malu untuk memanggilnya....



******************************************
Apakah semuanya akan terus begini????