Feel Free To Read It

Kami Datang... Belajar... Dan Melayani
We Came... Learn.. And Serve

Selasa, 22 Februari 2011

Tuhan Menghubungkan Kami

 
- Tuhan hadir dalam hal-hal kecil – Ludwig Mies van der Rohe
Aku dan Lisa, istriku, bekerja keras untuk memajukan koran mingguan bertiras kecil yang kami terbitkan di Guthrie, Oklahoma. Kami curahkan tenaga dan pikiran kami demi suksesnya koran itu. Aku menulis, Lisa menjual iklan. Sering kami bekerja sampai lewat tengah malam ketika seluruh penduduk kota dan anak-anak kami tidur.
Pada malam seperti itu, kami naik ke tempat tidur hanya untuk turun lagi beberapa jam kemudian. Aku makan sereal, minum segelas besar soda, kemudian berangkat ke percetakan di Oklahoma City. Lisa mengurus kelima anak kami, menyiapkan tiga yang terbesar pergi ke sekolah dengan kantong bekal makan siang di tangan mereka. Aku terlalu letih dan enggan menyetir. Lisa terlalu letih dan enggan melakukan apa saja.
“Suhu tujuh puluh derajat, matahari bersinar cerah. Hari baru yang indah,” disc jockey berceloteh riang di radio mobil. Aku tidak mempedulikannya.
Tapi, aku tak bisa mengabaikan pengaruh segelas besar minuman ringan. Kepalaku pusing. Aku sadar, aku takkan sanggup menyetir sampai ke kota. Karenanya, kupinggirkan mobilku ke tempat istirahat di tepi jalan raya negara bagian, hanya beberapa mil dari rumah kami.
Sementara itu, dalam keadaan sangat letih, Lisa melakukan tugas yang itu-itu juga : menelepon perusahaan-perusahaan peelayanan masyarakat, menjelaskan mengapa kami terlambat membayar dan memohon perpanjangan aliran air panas dan pendingin udara sehari lagi. Setelah itu dia mencari nomor telepon dan menghubungi perusahaan listrik.
Ketika turun dari mobil di tempat istirahat, aku mendengar telepon umum di situ berdering. Aku satu-satunya orang yang ada di situ, tetapi aku memandang ke sekelilingku. “Tolong angkat teleponnya,” aku berteriak, persis seperti di rumah.
Ini pasti salah sambung yang paling ajaib, pikirku. Kemudian kudengar diriku berkata, “Mengapa tidak?” Aku berjalan mendekati pesawat telepon itu lalu mengangkatnya.
“Halo?” kataku.
Hening. Disusul jeritan.
“Thom! Sedang apa kau di perusahaan listrik?
“Lisa? Kenapa kau menelepon telepon umum di pinggir jalan raya?”
Kami sama-sama mengucapkan, “aku tak percaya” dan “ini aneh dan seram.” Aku membayangkan Rod Serling tiba-tiba lewat, pergi ke Twilight Zone.
Kami meneruskan bicara, seruan-seruan kami berubah menjadi percakapan. Percakapan yang tidak tergesa-gesa, yang nyata, tanpa diinterupsi, dan yang pertama setelah sekian lama. Kami bahkan bicara tentang tagihan listrik. Aku menyuruh Lisa tidur sebentar, dia mengingatkan aku agar mengenakan sabuk pengaman dan menghilangkan pengaruh soda di kepalaku.
Tetapi, aku tak mau memutuskan hubungan, Kami sama-sama mengalami pengalaman yang menakjubkan. Meskipun nomor perusahaan listrik dan telepon umum itu hanya beda satu digit, keberadaanku di sana ketika Lisa menelepon adalah kemungkinan yang amat sangat kecil. Kami percaya Tuhan tahu bahwa pagi itu, di atas segalanya, kami perlu mendengar suara pasangan kami. Dan, Tuhan menyambungkan kami.
Kejadian itu merupakan awal dari perubahan-perubahan halus yang terjadi di keluarga kami. Kami heran, bagaimana kami telah begitu mengabdikan diri pada pekerjaan kami dan menyerahkan anak-anak kami kepada orang lain untuk mengantar mereka tidur. Bagaimana mungkin setiap pagi aku duduk di meja makan, di seberang istriku, tanpa mengucapkan selamat pagi?
Dua tahun kemudian, kami meninggalkan bisnis yang telah begitu mendominasi hidup kami. Aku mendapat pekerjaan baru di perusahaan telepon. Siapa bilang Tuhan tidak punya rasa humor?
Thom Hunter





Tidak ada komentar:

Posting Komentar