Alkisah di sebuah kolam rawa jauh di dalam hutan hidup berbagai macam binatang mulai dari yang berada di darat, di udara maupun di rawa itu sendiri. Suatu hari sang Katak sedang berenang dengan lincahnya. Sewaktu lagi asyiknya berenang, ia melihat burung bangau sedang berbincang-bincang dengan kura-kura. Si Bangau menceritakan tentang lautan luas yang sangat indah dan penuh dengan ikan-ikan. Sang Katak menjadi penasaran dan pergi menanyakan dimanakah tempat itu berada. "Pergilah ke Utara terus melewati hutan ini maka kamu akan menemukan perairan indah tersebut.
Setelah mendengar tentang tempat tersebut, dia memutuskan untuk berangkat menuju ke tempat yang dikatakan oleh sang Bangau. Dia segera berpamitan dengan keluarganya dan teman-temannya. Para temannya menganggap dia sedikit aneh karena melakukan hal yang berbahaya tersebut. Di luar sana tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi. Akan tetapi, sang Katak bersikeras untuk pergi kesana. Mau tak Mau semua teman-temannya dan keluarganya mengizinkan Ia pergi dengan berat hati.
Perjalanan yang panjang dimulai. Ia berjalan ke Utara melewati hutan-hutan yang mengerikan serta gelap. Berbeda dengan rawa tempat Ia tinggal, di sini sinar matahari tertutup oleh pohon-pohon yang menjulang tinggi di udara. Akan tetapi, semangat untuk maju membuat dia tidak putus asa. Dia sering terjatuh akibat tersandung ranting-ranting serta batang-batang pohon yang berceceran di jalan. Sesekali Ia singgah di anak sungai hanya untuk menyegarkan diri. Setelah melewati beberapa hari yang berat akhirnya Ia melihat jalan keluar dari hutan tersebut.
Alangkah kecewanya sang Katak. Bukanlah lautan yang luas yang Ia lihat, melainkan padang rumput yang sangatlah luas. Ia bertemu jangkrik yang sedang melompat-lompat di antara rerumputan dan bertanya kepadanya tentang arah menuju lautan indah yang Ia dambakan. " Ohh, laut yha.. Masih sangat jauh di depan sana, setelah melewati padang ini, pasti sudah kelihatan.", begitulah ucap sang Jangkrik.
Perasaan senang lebih besar dari rasa letih di badan serta rasa sakit di sekujur badan akibat sering terjatuh. Berbeda dengan di dalam hutan yang tidak tertembus matahari, di padang rumput ini matahari langsung bersinar dengan terangnya, mengakibatkan sang Katak merasa sangatlah lelah dan sekujur tubuhnya mulai mengering. Ini sangat menyiksa dirinya, tetapi semangat yang Ia miliki menutupi semua rasa sakit yang ia rasakan.
Selangkah demi selangkah dia berjalan, akhirnya terlihat dari jauh perairan yang seperti tak berujung yang Ia cari selama ini. Semangat di dalam tubuh sang Katak terbakar dan mengakibatkan dia melompat semakin cepat berharap akan seger mencapai sana. Sang Katak terlalu gembira sehingga Ia tidak menyadari bahwa dari udara ada yang sedang mengintainya. Sang Elang walaupun sedikit heran karena melihat ada seekor Katak di tengah-tengah padang rumput, tetapi tetap memutuskan untuk memangsa sang Katak. Matanya yang tajam terus mengamati sang Katak yang melompat di antara rerumputan. Dalam sekejap sang Elang sudah meluncur menuju ke arah katak.
Sang Katak tiba-tiba menyadari dan mencari tempat berlindung. Untung sang Katak lebih cepat satu detik masuk ke dalam sebuah lubang, tetapi terjangan sang Elang menyebabkan sang Katak terluka di bagian kaki belakangnya akibat cakar sang Elang yang tajam. Di dalam Lubang tersebut, dia bertemu dengan Kelinci. Sang Kelinci pun bercerita tentang bahayanya berkeliaran di sekitar padang di mana sang Elang sering mengintai dari atas udara. Sang Kelinci memberitahu cara-caranya menghindari sang Elang. Setelah lama berbincang, sang Kelinci menanyakan alasan sang Katak mengelana sendirian di tengah padang rumput. Sang Kelinci tertawa saat mendengar alasan dari sang Katak dan mengatakan itu tidaklah ada gunanya. Katak tidak seharusnya hidup di lautan. Akan tetapi sang Katak tidak memperdulikan nasehat dari sang Kelinci dan bersikeras untuk melanjutkan perjalanannya.
Setelah berterima kasih kepada sang Kelinci, sang Katak pun melanjutkan perjalanannya. Kali ini dia mengendap-endap di antara rerumputan, dia tidak lagi melompat terlalu tinggi. Perlahan tapi pasti dia pun tinggal menuruni sebuah bukit untuk mencapai lautan yang Ia idamkan. Dengan semangat Ia berjalan turun. Walau luka di sekujur tubuh, walau lelah, walau sakit Ia terus berusaha untuk maju. Sesudah sampai di tepi pantai dia langsung melompat masuk ke dalam air.
Apa yang terjadi sewaktu sang Katak menyeburkan diri? Bahagiakah? Tidak.. Sewaktu masuk ke dalam dia merasakan rasa sakit yang sangat di sekujur tubuhnya yang luka. Dia juga menjadi susah bernapas karena air lautan yang asin. Garam yang terkandung di dlm perairan mengakibatkan perih di sekujur tubuhnya yang penuh dengan luka. Dia pun segera keluar dari lautan itu dan menangis karena semuanya tidak sesuai yang Ia idamkan. Ia merindukan rawa kecil yang terletak di dalam hutan yang dia tinggalkan begitu saja.
Manusia seringlah bertindak mirip dengan sang Katak di atas. Dia tidak menyadari apa yang telah Ia miliki sekarang ini. Dia berjuang untuk mendapatkan yang lebih dari yang Ia miliki saat ini. Berusaha mendapatkan harta dan cinta. Bersikeras dengan melakukan segala cara. Terkadang Ia bisa dikhianati oleh orang lain. Saat diberikan nasehat juga tidak mendengarkan lagi karena otaknya sudah diliputi ambisi yang membara-bara. Setelah mencapai tujuan yang mereka inginkan, mereka baru tahu bahwa segala sesuatu yang mereka kejar itu telah mengorbankan orang-orang yang ada di sekitarnya dan juga mengorbankan masa mudanya. Ia tidak sadar bahwa di sekitarnya terdapat banyak orang yang mencintai dan menyayangi Ia apa adanya. Akan tetapi, semuanya telah hilang. Dia telah mengorbankan segalanya untuk sesuatu yang sebetulnya tidak ia perlukan.
Seharusnya kita Bersyukur dengan apa yang kita miliki saat ini, bukan menuntut hal yang berlebihan.
So..
PIKIRKANLAH Baik-Baik apa yang kita LAKUKAN...
BERSYUKURLAH dengan apa yang telah kita MILIKI...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar