Alkisah hidup suatu keluarga yang harmonis. Sepasang suami istri tersebut mempunyai seorang anak yang bernama Ming-Ming. Ming" adalah anak yang sangat penurut, namun seiring dengan berjalannya waktu, si ming" menjadi dewasa dan emosional. Suatu hari saat dia pulang sekolah, dia tidak langsung pulang ke rumahnya, melainkan pergi bersama teman baiknya.
Teman : "Ming, kita ke plaza yuk, laper ini... Bosen lagi, kan ada film baru lg main di bioskop. Skalian kita nonton yuk."
Ming : "Boleh juga tuh. Yuk"
Tanpa berpikir panjang, Ming" langsung mengiyakan tawaran sang teman yang memang merupakan teman akrab dari Ming". Mereka pun bersenang-senang. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 18.30. Seketika Ming" terkejut dan mengajak temannya pulang. Kebetulan temannya membawa kendaraan sendiri.
Sedangkan di rumah sang Ibu sudah gelisah dan kawatir akan anaknya yang hingga sore belum kunjung pulang. Saat menunggu di depan rumah, sang Ayah pulang dari kerja dan merasa heran mengapa sang Ibu berdiri gelisah di depan pintu.
Ayah : "Loh ma, knapa daritadi mondar-mandir sepertinya gelisah banget."
Ibu : " Ini loh pa, Ming" belum pulang, Ibu kawatir."
Ayah : "Lho koq gitu. Dia ga telepon?"
Ibu : "Teleponnya tidak aktif"
Ayah :"Yah sudah kita tunggu dia di rumah."
Sang Ayah agak kesal dengan perlakuan sang Putri dan memutuskan untuk menunggunya di ruang depan sedangkan sang Ibu menyiapkan makan malam.
Pukul 19.00, Ming" pulang dan langsung disambut oleh Ayahnya yang sudah kesal.
Ayah : "Kamu darimana? Knapa jam segini baru pulang?"
Ming" : "Loh koq Ming" baru pulang aja dah dimarahin."
Ayah :" Iya lah marah. SUdah jam berapa?? Kemana aja kamu? Handphone-mu juga tidak aktif."
Terjadilah adu mulut antara sang Ayah dan Ming". Ibu yang di dapur mendengar pertengkaran tersebut dan buru-buru ke ruang tengah untuk menghentikan pertengkaran, tetapi telat, Sang Ayah telah menampar Ming" dan Ming" langsung berlari keluar dari rumah. Sang Ibu mengejar akan tetapi tidak sempat.
Ming" berlari hingga kelelahan dan berhenti disebuah kedai mie yang lusuh. Perutnya yang sudah lapar membuat dia terus berdiri di sebrang jalan melihat kedai tersebut. Sang pemilik kedai melihat sang anak merasa iba dan mengundangnya untuk makan.
Setelah membujuk sang anak untuk memakan semangkok mie, sang pemilik kedai-pun menghidangkan secangkir teh hangat. Ming" merasa terharu dan berkata kepada sang pemilik kedai
Ming" : Nenek baik sekali, saya tidak kenal dengan nenek, saya juga tidak membawa uang untuk membayar semangkuk mie ini. Akan tetapi, nenek tetap baik dan memberi saya makan."
Nenek : "Anak Muda, Saya hanya memberi semangkuk mie dan secangkir teh hangat saja sudah kamu bilang baik. Sadarkah kamu ada yang telah memberimu sepiring nasi setiap harinya. Sehari 3 piring. Bila kamu butuh uang, dia juga memberikannya kepadamu. Saat kamu sakit, mereka juga yang merawatmu. Dari masih dalam gendongan hingga sekarang sudah sebesar ini. Bukankah mereka yang lebih pantas menerima kata terima kasih ini?"
Ming" yang mendengarnya tak sanggup lagi menahan air mata.
Nenek :" Sudah jangan menangis lagi. Habiskan makananmu, dan pergi cuci muka. Setelah itu pulang dan minta maaflah kepada kedua orang tuamu. Sebesar apapun kesalahanmu, mereka sebagai orang tua pasti akan memaafkannya."
Setelah makan, Ming" bergegas pulang. Betapa terkejutnya ia melihat sang ibu duduk termenung di depan rumah menanti sang anak pulang. Segera Ming" berlari memeluk sang Ibu. Di dalam rumah, sang Ayah juga menanti dengan muka cemas.Setelah Ming" meminta maaf, diapun berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya itu lagi..
Terkadang kita tidak menghargai apa yang kita miliki saat ini. Mungkin terkadang hal yang diberikan orang tua kepada kita terlihat biasa saja di mata kita, tetapi sebenarnya itulah bukti kasih sayang mereka kepada kita. Semoga dengan cerita di atas mampu membuka sedikit mata para pembaca..
Sayangilah Orang Tua dengan Sepenuh Hati...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar